A.
Masa Orde Lama
Þ Perang kemerdekaan berakhir (tahun 1945-1949): Pengakuan
terhadap RIS
Þ Pembangunan dititik-beratkan pada “Nation Building”
Þ Peran pemerintah dalam perekonomian sangat dominan
Þ Pengeluaran pemerintah terkonsentrasi untuk tujuan politik
dan keamanan dan ketertiban
Þ Usaha untuk perbaikan di bidang ekonomi terabaikan
Þ Anggaran Belanja Defisit, ditutup dengan mencetak uang,
mengakibatkan inflasi sangat tinggi
Þ Pertumbuhan ekonomi rendah, bahan pokok sulit didapatkan
masyarakat, sehingga harganya tinggi
Þ Diperparah dgn beredarnya berbagai jenis mata uang: uang De
Javasche Bank, uang pemerintah Belanda, uang NICA, ORI, dan beberapa jenis uang
lokal (URIPS-Sumatera, URITA-Tapanuli, URPSU-Sumatera Utara/Aceh, URIBA-Aceh,
URIDAP-Banten, Uang Mandat-Palembang
1.
Kebijakan Moneter (Tahun1950)
·
Tujuan:
°
Memperbaiki posisi neraca pembayaran
°
Pengendalian harga (inflasi)
°
Menggali sumber pendapatan
pemerintah untuk menutup defisit anggaran
·
Tahun 1959:
°
Dilakukan penurunan nilai uang (Sanering).
Pecahan Rp500 dan Rp1.000 masing-masing menjadi Rp50 dan Rp100.
°
Giro dan deposito di atas Rp25.000
dibekukan dan diganti dengan pinjaman jangka panjang Kurs : US$1 = Rp45
2.
Kondisi Tahun 1960-an
·
Mulai tahun 1960 proyek politik
pemerintah meningkat
°
Konfrontasi dengan Malaysia
°
Penyelenggaraan Asean Games
°
Penyelenggaraan Pekan Olah Raga
(GANEFO)
°
Pembebasan Irian Barat dari Belanda
·
Tahun 1965: Bank Indonesia sebagai
Bank Berdjoang bersedia menutupi defisit anggaran pemerintah dengan mencetak
uang baru
·
Inflasi sangat tinggi (Tahun 1965
sebesar 635%)
·
Desember 1965 penggantian uang
(Rp1.000 uang lama diganti Rp1 uang baru)
·
Tahun 1966 terjadi krisis politik:
pergantian pemerintahan dari Orde Lama ke Orde Baru
B.
Masa Orde Baru
·
Masalah yang dihadapi:
°
Tidak mampu bayar utang
°
Defisit Neraca Perdagangan
°
Anggaran pemerintah deficit
°
Inflasi tinggi (635%)
°
Buruknya prasarana ekonomi
·
Upaya yang dilakukan:
°
Pengendalian inflasi
°
Penyediaan bahan pangan, terutama
beras
°
Rehabilitas prasarana ekonomi
°
Meningkatkan ekspor
°
Menciptakan lapangan kerja
°
Perbaikan iklim investasi, terutama
investasi asing
°
Pelaksanaan pembangunan berencana
(PELITA): Trilogi Pembangunan
·
Titik Berat Politik Ekonomi Orde Baru
Mengejar pertumbuhan tinggi dan
pemerataan pendapatan melalui ‘trickle down effect’ memberikan segala kemudahan seperti perizinan, perlindungan bea
masuk, kredit bank, peruntukkan lahan dsbnya untuk mendukung pengembangan usaha
besar memberikan monopoli beberapa jenis komoditi kepada usaha-usaha besar.
·
1966-1970: Masa Stabilisasi (Recovery)
°
Menjalankan kebijakan Anggaran
Belanja Seimbang
°
Mendorong Investasi (tahun 1968:
UUPMA dan UUPMDN)
°
Menata sistem perbankan nasional (UU
No. 13 1968 tentang Bank Sentral dan UU No. 14 tahun 1967 tentang bank Umum)
·
Tahun 1970: tercipta stabilitas ekonomi nasional. Inflasi
dapat ditekan:
°
Tahun 1967 : 112%
°
Tahun 1968 : 85%
°
Tahun 1969 : 10%
°
Tahun 1971 : 2,5%
Mulai dilaksanakan
kebijakan industrialisasi di Indonesia (industri substitusi impor) misalnya
industri pupuk
·
Mulai diterapkan rencana pembangunan yang berkesinambungan
(Repelita I) 1973/1974: Bonansa Minyak (Oil Boom)
°
Harga minyak dunia meningkat 400%
°
Penerimaan Negara naik (± 48%),
inflasi naik (± 58%)
°
Peran minyak dominan, non migas
tertinggal
°
Peranan Swasta dalam perekonomian
kecil
°
Kebijakan mengatasi inflasi, Bank
Indonesia melakukan intervensi ekonomi:
Þ Menetapkan pagu (batas tertinggi) kredit
Þ Menaikan suku bunga pinjaman
Þ Menaikan cadangan minimum perbankan
Þ Menaikkan suku bunga deposito berjangka
Þ Melarang bank pemerintah menerima deposito berjangka yang
dananya berasal dari luar negeri
°
Inflasi dapat ditekan:
Þ 1974/1975 : 21%
Þ 1977/1978 : 19%
Þ 1980 an: Masa resesi yaitu
°
Terjadi over supply minyak
dunia, menyebabkan harga minyak turun
°
Terjadi defisit perdagangan luar
negeri Amerika
°
Terjadi kenaikan harga mata uang yen
Jepang terhadap dolar Amerika (Yendaka)
°
Pendapatan Negara turun, hutang
negara (dalam matauang Yen) naik
°
Terjadi upaya penyesuaian
(Devaluasi, deregulasi, penghematan)
C.
MASA DEREGULASI
·
1983 (1 Juni): Deregulasi Perbankan
Bank bebas menentukan bunga dan pagu kredit
·
1984: Deregulasi bidang Fiskal
UU pajak baru (prinsip Self Assessment)
·
1985: Deregulasi bidang Perdagangan
Penurunan tariff bea masuk (0 s.d 225% menjadi 0 s.d 60%)
·
1986: Sistem pengembalian bea masuk
·
1987: Transparansi alokasi kuota tekstil
·
1988: Penghapusan monopoli impor plastik dan baja
·
1990: Masa perekonomian Kepanasan (over heated)
°
Kinerja Bank menurun
°
Capital
Adequacy Ratio (CAR) rendah
°
Lend to
Deposit Ratio (LDR) tinggi
°
Kredit banyak yang macet
·
Upaya mengatasi
°
Tigh Money
Policy (kebijakan uang ketat)
°
Pengendalian mega proyek
°
CAR 8% (paling lambat 1993) dan LDR
maks 100%
·
1995/1996: Indonesia macan Asia Baru (NICs)
Sritua Arif: Everything is beautiful in Indonesia
·
1996/1997: Awal krisis moneter
D.
Kondisi Makro Ekonomi Indonesia Tahun 1997/1998
°
Nilai rupiah merosot ( tinggal 85%
dari semula)
°
Inflasi meningkat tajam (Des. 1998
mencapai 77,6%)
°
Kontraksi ekonomi (sebesar -13,2%)
°
Investasi dalam negeri turun,
kecuali investasi asing
°
Suku bunga meningkat (SBI 1 bulan =
70%)
°
Ekspor dan impor turun (kecuali
ekspor sektor pertanian)
°
Transaksi berjalan surplus
°
Terjadi pemindahan modal dalam
negeri ke luar (capital flight) sebesar 10%-15% dari PDB (lebih dari
US$25 milyar)
°
Cadangan devisa turun (Maret 1997
sebesar US$26,6 milyar; Maret 1998 sebesar US$13,2 milyar; Maret 1999 sebesar
US$15,8 milyar)
°
Uang primer meningkat (tahun 1996
sebesar 8,1% terhadap JUB; tahun 1997 sebesar 26,4% dan tahun 1998 sebesar
41,4%)
E.
UPAYA PEMULIHAN EKONOMI (TAHUN 1999)
·
Penyehatan kerangka makro ekonomi
°
Pengendalian inflasi kisaran 20%
°
Transaksi berjalan diupayakan surplus
untuk membantu membayar hutang
·
Revisi APBN dengan parameter baru
°
Defisit diusahakan berkisar 1% dari
PDB
°
Pengurangan subsidi di bidang enerji
(terutama BBM), namun tetap memberi perlindungan rakyat miskin
·
Transparansi kebijakan fiskal
°
Dana reboisasi dimasukkan dalam APBN
·
Proyek swasta
°
Penjadwalan kembali 12 proyek
infrastruktur
°
Dana negara untuk IPTN dihentikan,
proyek N-2130 didanai asing dan perbankan
°
Pencabutan perlakuan khusus dan
fasilitas kredit bagi proyek Mobnas
·
Penegasan kebijakan moneter
°
BI diberi otonomi penuh dalam
menentukan kebijakan moneter dan suku bunga
°
Pemerintah memberi dukungan penuh
pada bank swasta dan pemerintah untuk merger
·
Restrukturisasi sektor perbankan dan
sektor swasta
·
Restrukturisasi struktural
°
Bulog hanya memonopoli beras (terigu
dan gula dihapus)
°
Perdagangan domestik produk
pertanian sepenuhnya dideregulasi
°
BPPC dihapus
°
Pendanaan ADB dipusatkan hanya pada
usaha kecil, menengah, dan eksportir
°
Hambatan investasi pada kelapa sawit
dihapus
°
Penghapusan aturan investasi pada
penjualan grosir dan retail